SAJAK [ Agama ]
CINTA
SAMAWI III

Saban
malam aku bersahabat
si Ababil burung penghukum,
mengakali relai demi relai catatan Atid
yang mengusang di bahu kiriku.
Sedang arlogi waktu itu kian berdetik
bersama jejak-jejak Izrail yang mendekat.
desah demi desah
siaga membantun rohku ke medan yuda
sidang moyang-poyang berpidato
mencari rumus mendarab amal
di atas al mizan paling saksama
Aku memungut
nafas tasbih
yang terlerai dari dada yang berkelorah
disumbati belerang hasad
lalu kuhafali
pendeklamasian cebis-cebis pengkisahan
hari-hari semalam yang tersihir
mentera-mentera nafsu durjana
Aku tidak punyai pedati
buraq
untuk kuseberangi siratulmustaqim
ke darul Na'wa yang abadi.
Berhenti, berhenti memanggil namaku
pasir-pasir Saqar dan Hutomah!
Akankah aku memungutmu
di dasar paling gelap,
di lembah paling azab?
Malam esoknya
aku bangkit lagi menongkah mimpi
teraba-raba mencari fajar
dalam sujud seorang narapidana,
berdarah dibenah panah.
|